Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Dies Dominica dalam Tinjauan Liturgi, Pastoral, Spiritualitas, dan Kesenian Suci

Perayaan Ekaristi Hari Minggu ( Dies Dominica ): Tinjauan Liturgi, Pastoral, Spiritualitas, dan Kesenian Suci Kita kerap kali mendengar orang-orang bertanya demikian: “Mengapa kita harus ke gereja pada Hari Minggu, hari yang sebenarnya sangat efektif untuk berlibur dan bersenang-senang?” Kita tentunya sependapat apabila disimpulkan bahwa pertanyaan problematif ini sesungguhnya memperlihatkan kekurang-pahaman umat mengenai hakekat atau makna terdalam dari perayaan Ekaristi. Padahal, perayaan ekaristi baik yang diselenggarakan pada hari-hari biasa, maupun dan terutama pada hari Minggu merupakan sumber dan puncak kehidupan umat beriman kristiani.   Dalam artikel sederhana ini, penulis berupaya menguraikan secara singkat dan padat hakekat dan makna Perayaan Ekaristi Hari Minggu. Tanpa melepaskan perhatian pada fakta miris di atas, penulis juga mau mengangkat ke permukaan refleksi ilmiah mengenai perayaan ekaristi yang diselenggarakan pada setiap hari Minggu tersebut. Di...

Dekalog: Sepuluh Firman Allah

JURNAL V Kamis, 28 April 2016 Keluaran 20:1-17 berkisah tentang Allah yang menyampaikan firman-Nya kepada Musa untuk dinyatakan kepada bangsa Israel. Tradisi Kristiani meyakini bahwa ada sepuluh firman yang disampaikan Allah kepada Musa. Kesepuluh firman Allah itu sering disebut dengan istilah dekalog. Disebut demikian karena dekalog dianggap sebagai pernyataan utama dari tuntutan perjanjian. Secara umum, dekalog tersebut terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama berkenaan dengan syarat dan perintah untuk menghormati YHWH. Bagian kedua merupakan syarat dan perintah yang mencakup semua tuntutan dasar baik yang bersifat religius, maupun moral dalam seluruh bidang kehidupan. Setiap perintah itu dinyatakan seluas mungkin, terkadang dengan keterangan yang detail (ayat 8-11), dan terkadang pula menghindari detail (ayat 13-15). Menurut saya, ada dua hal menarik yang perlu dikaji lebih jauh terkait dekalog ini. Pertama, benarkah dekalog itu merupakan perintah yang berisi sejumlah lar...

Sunat: Tanda Perjanjian Allah dengan Abraham

SUNAT: TANDA PERJANJIAN ALLAH DENGAN ABRAHAM Tafsiran atas Kejadian 17:1-14 Kisah Perjanjian antara Allah dengan Abraham, sebagaimana yang termuat dalam Kejadian 17:1-14, diceritakan oleh tradisi Priester. Berbeda dengan kisah perjanjian yang diceritakan oleh tradisi Yahwis dalam Kej. 15, kisah perjanjian yang diceritakan oleh tradisi Priester ini mencantumkan pula tuntutan Allah terhadap Abraham dan keturunannya. “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.” (Kej. 17:9). Lebih lanjut dikisahkan bahwa Allah bahkan secara eksplisit menyatakan apa yang seharusnya mereka lakukan agar tetap berpegang teguh pada perjanjian-Nya. Terkait hal ini, sunat lalu ditetapkan Allah sebagai tanda perjanjian antara Diri-Nya dengan Abraham serta keturunannya (bdk. Kej. 17:10-11). Tulisan ini memuat interpretasi ilmiah atas kisah perjanjian tersebut. Beberapa istilah kunci, seperti ‘sembilan puluh sembilan tahun’, nama ‘Allah Yang Mahakuasa’, peru...